Rabu, 09 November 2011

Kono, Swing dan Kami

BUGIL !!

Itu adalah kata yang kerap kami lontarkan ketika pukulan par kami terlewati. Boogey adalah kata yang benar, namun banyak golfer yang lebih sering menyebut bugil untuk boogey, kidal untuk kiri dalam dan banyak kalimat asal lainnya untuk menganti isitilah yang sudah dari sononya itu.

Entah mengapa kami sangat menyukai olahraga yang satu itu. Sangat membuat kecanduan bagi mereka yang telah dapat menikmati indahnya bermain golf. Kami rasa hal ini pasti di-Amin-i oleh para golfer. Panas terik dan hujan bukanlah suatu halangan. Kepuasan terhadap keahlian diri sendiri cendrung membuat kami lebih banyak menghabiskan hari-hari dilapangan. Mungkin itu jalan Tuhan, sebab walaupun terkadang kondisi keuangan sedang mepet, ada saja undangan bermain terlayang. Haha, pucuk di cinta ulam pun tiba.

Setahu kami, hampir sebagian laki-laki dari keluarga Kono dapat dan bahkan ahli bermain golf. Sebut saja Elmar "Arto" Kono yang ber-HC single, kami rasa hanya lapangan golf di Papua sana yang tidak mengenal dia. Sebagian besar lapangan top di Republik tercinta ini pernah dia coba. Entah dari mana uang yang dipakai untuk membayar green fee nya dan entah sudah berapa banyak caddy yang dia utangin tip nya.

Almarhum papa kami , Karim Kono juga seorang golfer yang oke dijamannya. Konon almarhum turut menjadi panitia pada World Cup di padang golf Pondok Indah di tahun 80an. Sampai sekarang, salah satu warisan almarhum yang masih sering kami gunakan adalah stick legendarisnya, ace yard.

Ada juga Mr. Roem Kono yang anggota DPR RI, mungkin saat ini dia ber-HC 18. Golf for politics, itu sebagian dari tujuannya. Ada juga Mr. Arifin Kono, yang semakin jago bermain hanya karena berlangganan majalah Golf Diggest. Sesungguhnya dia adalah pemain bola di era 80an, namun karena patah tangan, dia pensiun jadi pemain bola. Kami juga heran kenapa pemain bola bisa patah tangan ? dan kenapa patah tangan bisa menghambat permainan bola ?. Namun yang pasti, bekas patahan itu justru dapat membuat dia bermain golf lebih cepat. Mungkin karena gerakannya menjadi terbatas sehingga over swing tidak perlu terjadi. Haha

Kami sendiri, sudah hampir 12 tahun bermain golf. Namun baru dapat merasakan nikmatnya bermain 2 tahun belakangan ini. Yah, perkembangan teknologi terbukti mampu membuat swing kami menjadi lebih baik dan terkontrol. Curang memang, tapi sah !

Oh ya, mungkin anda heran kenapa saya menggunakan kata "kami" untuk mewakili diri saya sendiri. "Kami" yang saya maksud bukan bermaksud jamak, melainkan bersifat tunggal. Kenapa bisa begitu ? kembali ke bahasa dusun asli keluarga kami. Yang saya tau, mereka kerap menggunakan kata "saya" untuk mengiyakan sesuatu, sebagaimana suku jawa yang menggunakan kata "njeh". Adapun "kami" memang digunakan untuk mengantikan kata "saya". Aneh ? tapi itu yang saya tau belajar dari beberapa kali pulang kampung, maupun memperhatikan orang asli dari sana berbicara.

Andai kata Mr. Jus Badudu pernah mampir ke Gorontalo, mungkin dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, haha ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar